Oleh: Abdurrohim
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hidup dan kehidupan manusia[1]. Hubungan
dua variable, antara manusia dengan pendidikan diawali sebuah pertanyaan yang
mendasar: “apakah manusia dapat dididik?”. Ataukah manusia dapat tumbuh dan
berkembang sendiri tanpa melalui pendidikan? Lantas bagaimana cara mendidiknya?
Dan seterusnya.
![]() |
Landasan Pengembangan Metodologi PAI |
Pertanyaan diatas telah lama menjadi bahan
kajian para ahli pendidikan, bahkan sejak zaman Yunani kuno. Pendapat yang umum
dikenal dalam pendidikan barat mengenai mungkin dan tidaknya manusia dididik, sehingga
melahirkan tiga aliran filsafat pendidikan; nativisme, empirisme
dan konvergensi[2].
Terlepas dari pembahasan tentang ketiga aliran
filsafat tersebut, manusia secara alamiah pada dasaranya bersifat tumbuh dan berkembang[3].
Pola perkembangan manusia dan alam semesta berlangsung di atas hukum alam yang
ditetapkan Allah swt (Sunnatullah).
Realitas perkembangan manusia juga tidak
terlepas dari lingkungan (sosiokultural), sehingga Metodologi pendidikan yang
mengiringi manusia itu sendiri juga secara otomatis diperlukan adanya
perkembangan sehingga sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam makalah ini peneliti hendak memaparkan
sekilas tentang landasan pengembangan metodologi pembelajaran tersebut, yang
berpijak atas dasar-dasar historis, filosofis, historis dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metodologi Pembelajaran
Kata Metodologi berakar dari dari kata “metode”
yang berasal dari kata bahasa Yunani “metodos” yang terdiri dari dua
kata “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan kata “hodos”
yang berarti jlan atau cara[4]. sedangkan
metodologi adalah ilmu metode; ilmu cara-cara dan langkah-langkah yang tepat
(untuk menganalisa sesuatu); penjelasan serta penerapannya[5]. b
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa
yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang
sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya[6].
Sementara itu Asrori dalam Psikologi Pembelajaran mendefiniskan
pembelajaran sebagai berikut Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman individu yang bersangkutan[7].
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
proses perubahan dan pengembangan tingkah laku seseorang (peserta didik) dengan
maksud dan tujuan tertentu.
B. Pendidikan Agama Islam
“Pendidikan Islam” dapat diartikan sebagai
pendidikan yang (bercorak) islami, yakni pendidikan yang berdasarkan Islam.
Sehingga diperlukan definisi pendidikan menurut Islam.
Guna membahas pendidikan menurut Islam,
sebelumnya perlu dikedepankan definisi “pendidikan” menurut para ahli, yang
nantinya dikorelasikan dengan al-Quran/ Hadist, atau pendapat para pakar
pendidikan Muslim, yang tentunya tidak akan terlepas dari filsafat yang dianut
oleh pakar tersebut[8].
Kata “Pendidikan” berasal dari kata “Rabba”
dengan bentuk mashdarnya “Tarbiyah”.
Pendidikan menurut beberapa ahli di
Barat, antara lain pendapat Mortimer J.
Adler yang dikutip Muzayyin[9],
mengartikan: pendidikan adalah proses dengan semua kemampuan manusia (bakat dan
kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat
dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atu dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik. Selain itu,
Herman H. Horne memandang pendidikan
sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam
sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Tidak jauh
berbeda, William Mc Gucken, S.J. mendefiniskan pendidikan sebagai suatu
perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia baik moral, intelektual,
maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhir.
Sedangkan menurut Marimba yang dikutip Ahmad
Tafsir[10]
menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama”.
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan sebagai suatu proses harus mampu mengarahkan,
membimbing serta mengembangkan kemampuan dalam diri manusia menjadi suatu
kegiatan hidup yang berhubungan dengan Tuhan (Pencipta), baik kegiatan itu
bersifat pribadi maupun bersifat sosial.
Pengertian Pendidikan seperti diatas, secara
definitif belum terdapat di Zaman Rasulullah saw. Tetapi usaha dan kegiatan
yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,
menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian
yang luas[11].
Adapun “Pendidikan Islam”, banyak para ahli
yang berbeda pendapat, namun disini peneliti mengemukakan definisi
pendidikan Islam menurut Marimba, yang dikutip Sudiyono menyatakan :
“Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani,
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”
Dari definisi diatas, dapat diambil pemahaman
bahwa Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan manusia (jasmani dan
rohani) untuk mencapai suatu tujuan pendidikan Islam, yakni membentuk
kepribadian Muslim. Dengan arti, keprobadian yang memiliki nilai-nilai Agama
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai Islam, serta
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sedangkan “Pendidikan Agama Islam” dalam GBPP
PAI di sekolah umum, dijelaskan “usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional[12].
C. Landasan-landasan Pengembangan PAI
Setelah memahami arti pendidikan Agama Islam yang
seharusnya terus berkembang, dalam kaitannya dengan pendidikan nasional, Fatah
Yasin sedikitnya membagi 8 landasan sebagai berikut[13] :
1. Landasan Filosofis
Nilai filosofis yang kemudian dijadikan
landasan / dasar filosofis pendidikan, memiliki makna bahwa kegiatan pendidikan
itu harus bersumber pada pndangan hidup yang paling mendasar. Jika pandangan
hidup atau cara berfikir manusia yang paling mendasar bersumber dari
nilai-nilai fundamental, maka muncul semacam pertanyaan dari mana manusia itu
ada dan dari mana sumber ilmu diperoleh. Pertanyaan semacam itu kemudia
dijadikan sebagai cara berfikir manusia untuk menemukan jawaban melalui
pendidikan. Jika pandangan hidup manusia itu bersumber dari nilai-nilai ajaran
agama (nilai-nilai teologis), maka visi dan misi pendidikan adalah
memberdayakan manusia sebagai manusia yang menjadikan agama sebagai pandangan
hidupnya sehingga mengakui akan pentingnya sikap tunduk dan patuh kepada
hukum-hukum tuhan yang bersifat trasendental. Demikian juga sebaliknya, jika
pandangan hidup manusia itu bersifat keduniawian dan sumber dari manusia, maka
visi dan misis ediologis pendidikan adalah untuk meraih cita-cita kepuasan
hidup manusia yang bersifat duniawi semata, hingga mengenyampingkan dan tidak
memperdulikan nilai-nilai trasendental. Kedua pandangan hidup manusia ini
diharapakan dapat di integrasikan, yakni landasan filosofis pendidikan
seharusnya mengandung nilai-nilai trasendental yang bersumber dari tuhan, dan
dari manusia[14].
2. Landasan Historis
Nilai-nilai historis yang kemudian dijadikan
sebadai landasan historis pendidikan, memiliki makna bahwa peristiwa
kemanusiaan yang terjadi di masa lampau penuh dengan informasi-informasi yang
mengandung kejadian-kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori,
praktik-praktik, moral, cita-cita, bentuk, dan sebagainya. Informasi dari
sebuah peristiwa dimasa lampau tersebut mengandung muatan nilai pendidikan yang
dapat dicontohkan dan ditiru oleh generasi masa kini dan yang akan datang[15].
Nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah
tersebut adalakanya positif, sehingga bisa dijadikan bahan acuan dalam
pelaksaan pendidikan dimasa kini jika masih relevan dan mengembangkan serta
menilitinya ketika tidak relevan. Dan adakalanya yang negatif, dalam hal
ini cukup dijadikan pelajaran agar tidak diikuti baik oleh generasi sekarang
atau dimasa yang akan.
3. Landasan Sosiologis
Sosiologi berakar pada kata sosiologi
yang berarti ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
terutama didalamnya perubahan-perubahan sosial[16].
Tidak jauh berbeda definisi sosiologi menurut J.A.A van Doorn dan C.J.
Lammaers yang dikuti Soerjono mengatakan bahwa sosiologi adalah Ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil[17].
Nilai sosiologis memiliki gambaran bahwa,
manusia yang hidup dalam pergaulan dan interaksi sosial antar manusia yang
bersifat harmonis, damai dan sejahtera merupakan cita-cita yang harus
dipertahankan oleh pendidikan. Dengan landasan ini, maka visi dan misi pendidikan
adalah menumbuhkan dan menggerakkan semangat peserta didik (murid) untuk
melakukan interaksi dan kerjasama dengan yang lain dengan baik dan benar[18].
4. Landasan Kultural
Kultur berarti “kebudayaan” sedangkan
kultural berarti “berdasarkan kebuadayaan”[19],
artinya kebudayaan terdahulu berbeda dengan kebudayaan sekarang, begitu juga
akan berbeda dengan kebudayaan dimasa yang akan datang. Perkembangan masa kini
seperti adanya kemajuan teknologi, seudah barang tentu belum ditemukan dimasa
lalu, begitu juga besar kemungkinan akan berkembangan dimasa yang akan datang.
Atas dasar inilah, maka visi dan misi pendidikan adalah berusaha memanfaatkan
(menjadikan fasilitas), mengkritisi serta memfilter perkembangan budaya
manusia, terutama dalam hal negatif dari kemajuan teknologi[20].
5. Landasan Psikologis
Perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhannya. Pertumbuhan adalah sesuatu yang menyangkut
materi jasmaniah yang dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada
materi jasmaniah. Perubahan jasmaniah ini dapat menghasilkan kematangan atas
fungsinya. Kematangan fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi pada perubahan pada
fungsi psikologis. Oleh karena itu perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan
dengan pertumbuhannya[21].
Dalam psikologi pendidikan, terdapat beberapa prinsip dan hukum perkembangan,
antara lain :
a.
Perkembangan
merupakan fungsi jasmaniah dan kejiwaan yang berlangsung dalam proses satu
kesatuan yang menyeluruh (itegrated)
b.
Setiap
individu mempunya kecepatan berkembangan
c.
Perkembangan
seseorang, baik secara keseluruhan maupun setiap aspek tidak konstan melainkan
berirama.
d.
Proses
perkembangan dengan mengikuti pola tertentu
e.
Proses
perkembangan berlangsung secara berkesinambungan
f.
Antara
aspek perkembangan yang satu dengan aspek yang lain saling berkaitan atau
berkolerasi secara signifikan
g.
Perkembangan
berlangsung dari pola yang bersifat khusus kesifat yang khusus
h.
Perkembangan
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan
i.
Memiliki
fungsi kepribadian yang bersifat jasmaniah, yaitu fungsi motorik pada
bagian-bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat indra, fungsi neorotik pada
system saraf, fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotic, fungsi
pernafasan pada alat pernafasan, fungsi peredaran darah pada jantung dan
urat-urat nadi, dan fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan[22].
Sedangkan hukum perkembangan, antara lain : a) perkembangan
bersifat kualitatif, b) perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil
belajar, c) usia ikut mempengaruhi perkembangan, d) masing-masing individu
mempunyai tempo perkembangan yang berbeda-beda, e) dalam keseluruhan periode perkembangan,
f) setiap spesies perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama, dan g)
perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan pendidikan[23].
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam psikologi,
manusia pada umumnya berkembang, dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
stimulus dari luar, termasuk belajar dan pembelajaran. Atas landasan ini, maka visi dan misi
pendidikan adalah berusaha membentuk sikap dan prilaku peserta didik agar
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan fisik maupun
intelektualnya[24].
6. Landasan Ilmiah-Rasional
Landasan Ilmiah-Rasional dapat dimaknai bahwa
segala sesuatu yang dikaji dan dipecahkan melalui proses pendidikan hendaknya
dikonstruksi berdasarkan hasil-hasil kajian dan penelitian ilmiah dan
pengalaman empirik dari para ahli maupun praktisi pendidikan yang dapat
diterima dan dibenarkan oleh akal manusia, termasuk penemuan teknologi modern
yang terkait dengan masalah pendidikan[25].
Dalam landasan ini maka visi dan misi pendidikan adalah menjadikan kegiatan
pendidikan terus direkonstruksi secara
ilmiah agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
7. Nilai-nilai Agama
Landasan pendidikan Islam pada hakikatnya sama
dengan asas pendidikan Islam. Yakni berdasarkan al-Quran dan hadits Nabi.
Artinya semua kegiatan pendidikan harus mengacu dan bertitik tolak dari
al-Quran sebagai firman Allah swt dn mencontoh sunnah Rasulullah saw. Selain
itu nilai-nilai agama tidak berhenti sampai disitu, karena al-Quran yang memiliki
sifat “Dzanniyuddilalah” atau multi tafsir, sehingga menjadi ranah
Ijtihad para Ulama. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sumber nilai yang menjadi dasar pendidikan Islam adalah
al-Quran dan Sunnah Nabi yang dapat dikembangkan dengan Ijtihad, Al-Mashlahh
Al-Mursalah, Istihsan dan Qiyas[26].
Nilai yang mengandung pengembangan
pendidikan ini dapat dilihat dalam al-Quran al-Mukminun {23} 12-16,
al-Hajj {22} 5 dan Shad {38} 72[27].
Dalam ayat-ayat tersebut terlihat jelas bahwa manusia (peserta didik) tidak
hanya terdiri dari fisik (Jasmani), akan tetapi juga psikis (Rohani),
yang keduanya berpotensi dan dapat dikembangkan[28].
Dari uraian diatas, maka nilai-nilai Agama
sebagai landasan pendidikan dapat dipetakan menjadi dua :
a. Al-Quran dan al-Hadits sebagai
landasan Ideal-Operasional Pendidikan Islam, artinya kegiatan pendidikan Islam
itu harus diarahkan untuk meraih cita-cita yang setinggi-tingginya. Sebagaimana
yang tergambar dalam al-Quran dan diaktualisasikan oleh Rasulullah saw.
b. Hasil Ijtihad Ulama sebagai landasan pengembangan Pendidikan Islam,
artinya hasil pemikiran para ulama dijadikan sebgai rujukan atau dasar untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan.
Metodologi Pendidikan Islam yang dinyatakan
dalam al-Quran menggunakan sistem multi approuch yang meliputi :
a. Pendidikan religius, bahwa manusia diciptkan memiliki potensi dasar (Fitrah)
atau bakat agama
b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal
pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat
dan berkebudayaan sehingga latar-belakangnya mempengaruhi proses pendidikan
d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif,
dan afektif yang harus ditumbuh kembangkan[29].
8. Landasan Hukum
Selama ini telah banyak pemikiran dan
kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang
diharapkan mampu memberikan nuansa baru bagi pengembangan sistem pendidikan
Islam di Indonesia, dan sekaligus hendak memberikan kontribusi dalam
menjabarkan makna pengembangan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagaimana tertuang dalam
tujuan pendidikan nasional (UU No. 2/ 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional)[30].
Landasan hukum ini dimaksudkan pada nilai-nilai yang a) tertulis dalam sebuah
konstitusi yang mengatur tentang pendidikan, seperti UU 1945, UU Sikdiknas,
peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan pendidikan. maupun a) yang tidak
tertulis, seperti nilai-nilai yang bersifat konvensional yang menjadi patokan
dalam masyarakat. Dari landasan ini, maka visi dan misi pendidikan adalah
menjadikan peraturan dan norma tersebut sebagai pijakan dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan[31].
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan tentang landasan metodologi
diatas, maka dapat disimpulkan beberapa point penting, yaitu:
1. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang memiliki dua unsur, jasmani
dan rohani, yang terus berkembang bersamaan dengan pengetahuannya.
2. Keterikatan manusia dengan proses belajar, diperlukan adanya desing khusus
agar proses belajar tetap terarah menuju
tujuan pendidikan (khususnya Pendidikan Agama Islam)
3. Guna mengembangkan design tersebut, dibutuhkan sebuah metodologi yang
mencakup berbagai metode, proses, dan lain-lain.
4. Landasan pengembangan tersebut dibagi menjadi 8 landasan, mulai dari
landasan filosofis, historis, hukum, nilai-nilai agama, ilmiah-rasional,
sosiologis dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. H., “Teologi
Pendidikan”. 2003 (Jakarta; RajaGrafindo Persada)
Arifin, Muzayyin “Filsafat
Pendidikan Islam” 2009 (Jakarta; PT Bumi Aksara)
Arief, Armai. “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam” 2002 (Jakarta; Ciputat Press)
Partanto, Pius A. dkk “Kamus
Ilmiah Poluer” 1994 (Surabaya; Arkola)
Muhaimin, et. all.
“Paradigma Pendidikan Islam; Upaya
mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”. 2004 (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya)
Asrori, Mohammad. “Psikologi
Pembelajaran” 2007 (Bandung; Wacana prima)
Tafsir, Ahmad. “Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam”. 2005 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Ofset)
Sudiyono, M. “Ilmu
Pendidikan Islam” 2009 (Jakarta; PT Rineka Cipta)
Yasin, A. Fatah. “Dimensi-dimensi
Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press)
Soekanto, Soerjono. “Sosiologi;
Suatu Pengantar” 2005 (Jakarta; Raja Grafindo Persada)
Hamruni, “Konsep
Edutaiment dalam Pendidikan Islam” 2008 (Yogyakarta; Bidang Akademik UIN
Sunan Kalijaga)
Mujamma’ Al-Malik Fahd Li
Thiba’at al-Mush-haf “Al-Quran dan Terjemahannya” 1418 H (Madinah; Saudi
Arabia}
[4] DR. Armai Arief, “Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam” 2002 (Jakarta; Ciputat Press) 40
[6] DRS. Muhaimin, MA. et. all. “Paradigma Pendidikan
Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”. 2004 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya) 184
[8] DR. Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam”. 2005 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya Ofset) 24
[10]DR. Ahmad Tafsir, “Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam”. 2005 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Ofset) 24
[12] DRS. Muhaimin, MA. et. all. “Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah”. 2004 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya) 75
[14] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 32
[15] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 32
[18] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 34
[20] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 35
[21] Prof. Dr. H. Djaali, “Psikologi Pendidikan”
2009 (Jakarta; Bumi Aksara) 21
[22] Prof. Dr. H. Djaali, “Psikologi Pendidikan”
2009 (Jakarta; Bumi Aksara) 21
[24] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 34
[25] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 36
[26] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 37-38
[28] Dr. H. Hamruni, M. Si “Konsep Edutaiment dalam
Pendidikan Islam” 2008 (Yogyakarta; Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga) 6
[30] DRS. Muhaimin, MA. et. all. “Paradigma Pendidikan
Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah”. 2004 (Bandung; PT Remaja Rosdakarya) 35
[31] A. Fatah Yasin
“Dimensi-dimensi Pendidikan Islam” 2008 (Malang; UIN-Malang Press) 36
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar..... tapi tetap dengan sopan